6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Mengenal Quarter Life Crisis


Saat menulis tulisan ini, saya masih dilema antara sejenak tidur setelah salat subuh, atau tak tidur sama sekali. Dan mungkin diantara kalian ada yang baru melek, atau mungkin sama sekali belum bangun? I mean, belum bangun (re: rebahan)

Bagi orang yang selalu rebahan sekaligus overthinking, waktu luang adalah saat terbaik pikiran-pikiran aneh muncul. Serius. Bahkan kadang berpikir "ini huruf A siapa yang buat yah? Kok bisa jadi awalan alfabet pula?" Sungguh innocence. Tapi yang tahu jawabannya, please tolong komen di kolom komentar di bawah.

Overthinking kali ini perihal episode jelang lebaran. Kira-kira tahun ini kebagian pertanyaan "kapan" apa lagi ini. Sudah beberapa episode lebaran selalu gonta-ganti tiap tahun. Kapan kuliahlah, kapan kkn lah, kapan sarjanalah, kapan kerjalah, kapan buka puasalah, kapan si morgan jadi next ironman lah, pokoknya macam-macam.

Dan sadar atau pingsan, teror seperti itu dimulai sejak memasuki pra-quarter life crisis, quarter life crisis, hingga life is dead (?) Kata om Wikipedia, Quarter Life Crisis, diterjemahkan dari bahasa Inggris, adalah periode krisis "yang melibatkan kecemasan atas arah dan kualitas hidup seseorang" yang paling umum dialami dalam periode mulai dari usia dua puluhan seseorang hingga pertengahan tiga puluhan.

Periode usia ini dapat diidentifikasi di momen terdekat misalnya. Saat kuantitas tehaer menurun tapi kebutuhan meningkat dan merasa sebenarnya "sayalah yang paling butuh tehaer woi." Pokoknya periode seperti ini pun biasanya ditandai dengan keinginan tidur meningkat, dan kemampuan basa-basi menurun. Bahkan soal hubungan, pertanyaan "sudah makan?" terdengar sangatlah basi. Ya iyasih kalau tidak makan matilah pasti.

Andai tidur itu dibayar, udah itulah pekerjaan primadona. Seminggu sudah bisa saingan sama Hotman Paris Hilton. Periode yang juga ditandai dengan mengerucutnya circle pertemanan. Teman kita jadi itu-itu saja. Apalagi kalau punya hubungan pertemanan yang cuma jadi toxic, hampir pasti ditinggal itumah.

Manusiawi. Di masa kecil dulu, pokoknya mencari teman sebaya sebanyak mungkin. Paling suka nimbrung kalau ramai. Yah sekarang kebalik, punya teman seadanya asal yang penting bisa diajak curcol. Asal bukan ghibah yah. Lebih kepada insecure. Dulu antusiasnya luar biasa saat diajak nongkrong, sekarang malah cari-cari alasan untuk tidak datang. Semata buat house time. Oh iya satu lagi,terakhir temanku kemarin lebih antusias membelanjakan tehaernya untuk beli kuota ketimbang baju baru lebaran btw. Kebanyakan tapi tak semua.

Bukan membatasi hubungan sosial, tapi lebih kepada menyederhanakan hubungan sosial. Sebab di periode ini, bakalan condong lebih disibukkan dengan keresahan masa depan. Soal penghasilan, masa depan, pasangan hidup dan kecemasan-kecemasan lainnya. Mungkin itulah yang dikatakan bahwa setiap periode kehidupan akan ada perubahan pula, sebab tak cukup hanya bertahan di satu titik. Perubahan adalah kepastian.

Jadi, apa yang bisa kita petik dari bahasan yang rada tidak berguna ini? Entahlah saya juga ngantuk berpikir. Cukup kalian berhati-hati saat mudik, jalanan lagi ramai soalnya. Dan pastikan kalian punya kampung sebelum pulang kampung, takutnya jadi gembel di jalan. Stay safe everyone, and happy weekend.

Cheers

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement