6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Bersimpati Tanpa Mendapati


Pernah tidak kalian berada di titik dimana kalian melihat ketidakbaikan namun merasa tak punya daya untuk memperbaikinya? It seems like "my god, why it should be happen?", hingga pada akhirnya kita hanya bisa sekedar berceloteh namun tak optimistik dengan peluang perubahan itu sendiri.

Kadang logika ini tidak mampu mencerna pola pikir seseorang. Mungkin karena kita dicipta untuk berbeda, namun kita semua punya cita yang sama untuk berbahagia. Dalam konteks cipta karya dengan peranan masing-masing, semuanya pada akhirnya akan tertuju kepada hablu minannas. Sebab,  terkenang kaya tanpa moral apa artinya?

Menjumpai banyak orang setiap harinya adalah ibarat ladang belajar. Di setiap perjalanan itu, ada lika-liku yang pelik, yang kadang mengunggah sanubari hati "ah sudahlah, urusan mereka itumah". Tapi bukan soal itu negara ini bertumbuh, bukan pula seperti itu didikan kita di tiap bangku sekolah, sebab buah dari terpaan itu nampak melalui perilaku bukan dari kata-kata indah.

Di titik nun jauh disana, mata ini terbelalak menyangsikan bahwa sungguh daya upaya manusia sangatlah terbatas. Hingga tokoh secerdas albert einstein pun pernah dibuat percaya oleh "Faktor X" itu. Bukan karena dia seorang yang skeptis, bukan pula karena sentimen agama, tapi rasionalitasnya telah dikalahkan oleh Dia yang maha dari segala rasionalitas. Itulah mengapa bangsa ini butuh ilmu dan kalbu.

Dan yah, karma is real. Kelak, mereka yang berteriak lantang akan menghadapi kenyataan yang tak enteng. Kelak, mereka yang menuntut ini itu, akan menjadi pihak tertuntut oleh penuntut lainnya, hingga orang-orang tersadar bahwa mereka yang senantiasa tersenyum bukan berarti tidak menyimpan masalah dalam hidupnya. Pun mereka yang nampak menikmati kerjaannya belum tentu tidak menyimpan keluh kesah di hatinya.

Mutlak orang-orang bekerja, berpontang-panting antara memilah kepentingan pribadi, namun setiap orang punya hak istimewanya untuk bertahan atau berubah. Orientasinya tak melulu soal hasil, sebab orang-orang mulai krisis untuk sekedar membaca setumpuk data-data yang belum tentu mereka mengerti jua, sebab yang mereka harap hanyalah bantuan uluran tangan, keberadaan untuk sejenak mendengar keluh kesah, hingga bersahabat tanpa sekat. Orang-orang butuh merasakan keberadaan pelayannya.

Hari ini, esok, ataupun lusa, kita tetaplah hamba. Lantas apa yang perlu disombongkan?

#MH 23:09

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement