6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Virus Corona, diantara Musibah, Cobaan atau Azab


Di peringatan Hari Kesadaran Nasional hari ini, inspektur upacara ikut mengupas sedikit tentang isu terkini yang sedang menggemparkan dunia yaitu penyebaran Virus Corona. Uniknya, dia menarik dari aspek lainnya tentang pandangan penularan suatu penyakit.

Beliau mengungkap bahwa, ada 3 hal yang bisa menjadi pengelompokan terkait dengan menyebarnya Virus Corona yang seolah membuat babak belur semua sendi-sendi kehidupan, more than a war. "Kalau kita menganggap Corona sebagai musibah, berarti itu teguran dari Tuhan kepada umatnya yg mulai jauh dari-Nya. Kalau kita menganggap Corona sebagai cobaan, maka itu adalah ujian bagi kaum beriman agar tingkatan keimanan kita meningkat. Sedangkan kalau Corona dianggap sebagai azab, maka itu adalah cara Tuhan memperingatkan para kaum kafir."

Mungkin saja Corona malah tak ingin dianggap ketiganya. Sebab hakikatnya mereka juga bagian dari makhluk hidup, sama seperti kita, meski tak kasat mata (konon ukurannya 400-500 micrometer). Saya jadi mengingat sederet cerita historis yang melibatkan manusia dan makhluk hidup lainnya. Kisah Fir'aun dan pengikutnya yang dikirimkan ribuan katak untuk mengazab mereka, para burung ababil yang memusnahkan pasukan bergajah yang hendak menghancurkan ka'bah, atau tenggelamnya bala tentara Raja Namrud oleh kiriman jutaan nyamuk yang sinar matahari pun tertutup olehnya.

Dan tentu, pandemi Virus Corona bukanlah terjadi sebagai sebuah kebetulan, melainkan diliputi alasan bagi mereka yang ingin berkaca diri. Penyebaran Virus Corona lantas sukses membangkitkan mayoritas kesadaran diri masyarakat untuk lebih aware terhadap kesehatan. Yang dulunya begitu sulit mengedukasi masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, kini seolah menjadi anjuran teramat booming belakangan. Yang dulunya cuci tangan pakai sabun dianggap "alah, lebay baget sih loh pake cuci tangan segala" kini malah saling mengingatkan "hei cuci tangan yang rajin loh kalau udah beraktivitas, nanti ketularan". Yang dulunya hand sanitizer menjadi produk termaginalkan, kini menjadi langkah. Yang dulu asal main batuk, kini orang-orang berbondong-bondong mengampanyekan etika batuk yang baik. Mereka lebih aware terhadap kesehatan, dan bahagianya itu dilakukan secara masif dan melibatkan seluruh lintas sektor terkait. Kebersihan fasilitas umum, APD di tempat kerja, media informasi menyangkut kesehatan, semua diterapkan. Sesuatu yang tidak pernah saya dapati sebelum adanya pandemi corona ini. Dan seperti itulah paradigma sehat yang benar. Ketika orang-orang mulai menerapkan PHBS, aware terhadap hygiene diri masing-masing, hingga saling mengingatkan. Serta seluruh instansi pemerintah memprioritaskan kesehatan. Sebab pencegahan adalah kuncinya. Ini yang kita impikan sejak dulu, bahkan jauh sebelum pandemi ini menyerang.

Pun bagi mereka para introvert yang sering dianggap sebagai anti sosial. Yang lebih senang menghabiskan "me time" sebagai cara menyenangkan diri, kini seolah menjadi gerakan nasional dengan hastag #dirumahaja. Social distancing. Tak perlu banyak bepergian, tinggal di rumah jika tak ada hal perlu, dan jaga jarak dengan orang lain. Dan benar, itulah kiat memutus mata rantai penularan, dan peranan itu yah ada di kesadaran kita masing-masing. Bahkan islam jauh-jauh hari sebenarnya melarang umat untuk tak bersentuhan jika bukan muhrim bukan?

Tentu kita berdoa dan berusaha sebaik mungkin agar pandemi Virus Corona ini segera berlalu. Doakan seluruh tenaga kesehatan bisa kuat merawat, mengobati, serta menanggulangi pandemi ini. Doakan seluruh pemimpin kita bisa memutuskan kebijakan yang paling arif bagi masyarakat. Doakan seluruh masyarakat kita konsisten menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Doakan negeri tercinta kita ini bisa bangkit dan bersatu melawan Virus Corona ini. Sebab percayalah, Tuhan telah berjanji "Sesungguhnya setelah kesulitan akan ada kemudahan".

Layaknya kalimat penutup inspektur upacara "Semua terserah kita ingin menganggap Virus Corona ini sebagai musibah, cobaan, ataupun azab." Namun jika boleh menambahkan sedikit "Yang terpenting mari kita sama-sama mengevaluasi diri, tak saling menyalahkan, saling menjaga diri dan bersatu padu melawan Pandemi Virus Corona ini."

Indonesia butuh kita semua.
#dirumahaja

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Bagaimna bisa tetap di rumah saja kak? Smntara tugas2 kuliah butuh berkelompok bahkan ke masyrakat huhu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Berkerumun yang kurang bermanfaat yang dikurangi. Adapun kalau harus bepergian jaga hygiene diri.

      Hapus

Ad Code

Responsive Advertisement