6/recent/ticker-posts

Ad Code

Responsive Advertisement

Peranan Tenaga Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Covid-19



Riuh seputar cerita serangan sporadis Virus Corona di tanah air nampaknya belum menemukan titik jenuhnya. Virus ini masih betah bergentayangan di sekeliling kita, nyata namun tak kunjung menampakkan diri. Seems like ghosting btw. Sejak kali pertama terendus di tanggal 2 Maret 2020 melalui konferensi pers Presiden bersama Menteri Kesehatan, angka kejadiannya terus menunjukkan kenaikan signifikan hingga puluhan ribu, yang kemudian membuat mau tidak mau berdampak besar bukan hanya pada aspek kesehatan, melainkan juga aspek ekonomi sosial yang menyertainya.

Tak mengenal kasta, pandemi ini seolah membuka tabir betapa sistem kesehatan kita belum siap sepenuhnya menghadapi pandemi. Namun sisihkan sejenak ketidaksiapan itu untuk jadi evaluasi, sebab musuh kita belum sepenuhnya pergi, dan semua itu bergantung dari peranan kita masing-masing. Yap, kita semua bisa berperan, karena sesungguhnya kitalah semua garda terdepan itu.

Tenaga medis kita berjibaku tak kenal waktu untuk terus mengobati dan merawat mereka yang telah terpapar virus ini. Namun rasanya, bencana non-alam ini tidak akan pernah berakhir jika angka kesakitan tersebut tidak mampu kita kurangi. Sebanyak apapun ruang isolasi kita, sebanyak apapun APD disediakan, dan seberapa banyakpun SDM kita, itu tidak akan pernah cukup jika Angka Kejadian penyakit ini tetaplah tinggi. Ibarat kapal bocor, kita terus menguras air yang masuk di kapal, namun tak menambal lubang masuknya air tersebut. Lama-kelamaan bakal kelelap juga akhirnya.

Kuncinya sekarang adalah bagaimana upaya kita untuk mempertahankan masyarakat yang sehat agar tidak terpapar dan tidak menambah beban angka kesakitan. Maka kehadiran para tenaga kesehatan masyarakat menjadi vital sebagai gerbang pertama. Upaya promosi kesehatan menjadi mutlak adanya untuk menyadarkan masyarakat sekitar bahwa virus ini nyata dan ada di sekeliling kita. Di samping itu advokasi kesehatan juga tak kalah pentingnya agar para pemangku kebijakan dapat tersadarkan untuk bahu-membahu mengampanyekan gerakan social distancing, pakai masker, dan tetap tinggal di rumah.

Selain itu, dalam upaya menekan penularan, maka tenaga kesehatan masyarakat yang dilakukan oleh para Epidemiolog harus mampu melakukan tracing dan pelacakan dini kasus positif Covid-19. Ini semata demi upaya memutus mata rantai penularan sesuai hakikat ilmu surveilans. Mereka yang telah dinyatakan positif harus segera diidentifikasi siapa yang pernah kontak erat dan berinteraksi dengan yang bersangkutan, kemana saja yang bersangkutan bepergian, sehingga dengan pelacakan secara cepat dan agresif akan mampu memutus mata rantai penularan dengan tentu saja mematuhi prosedur isolasi 14 hari.

Roadmap kebijakan itu yang harus menjadi penguatan bersama saat ini. Promosi dan pelacakan adalah kunci menghadapi pandemi. Dan semua itu saya yakin sedang diusahakan oleh seluruh tenaga kesehatan masyarakat dimanapun mereka bertugas. Oleh karenanya penambahan tenaga kesehatan masyarakat saat ini tak kalah pentingnya dengan penambahan tenaga medis, sebab kita sedang berada dalam arena perlombaan, yang lambat akan tergilas, yang cepat akan memenangkan perlombaan. Idealnya kita butuh 1 Tenaga Kesehatan Masyarakat (SKM) dalam 1 Desa/Kelurahan. Tenaga kesehatan masyarakat pun tak kalah pentingnya dibekali Alat Pelindung Diri (APD), sebab pergerakan fleksibel mereka di tengah-tengah masyarakat memunculkan risiko besar keterpaparan.

Maka pada akhrinya, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dipilih sebagai opsi terkini penanggulangan pandemi ini harus benar-benar ketat. Masyarakat harus punya kepekaan sosial untuk taat dan patuh. Sebab, kita semua pastinya rindu kehidupan yang normal. Rindu ketika kita dapat bercengkrama tanpa masker, ketika tak perlu ada sekat di tongkrongan, ketika kita bisa bertemu bersama doi, ketika kita bisa saling memeluk antar sesama keluarga.

#MH 19:50

Posting Komentar

0 Komentar

Ad Code

Responsive Advertisement